Pages

Rabu, 27 Juli 2016

The Notebook: #8 They Say Im Bad; Im Just Helping Them

Aku adalah negatifitas. Pikiran negatif dari setiap manusia. Akar dari pesimis dan skeptis, yang membuat seseorang dapat berpikir lebih kritis. Tapi orang-orang selalu menyangkal keberadaanku dan berkata bahwa aku tak perlu ada. Tidak perlu lah seseorang berpikir negatif. Begitu katanya. Mereka juga berkata bahwa berpikir optimis adalah jawaban dari berbagai masalah.

Tapi, apa itu benar? Setauku, aku membantu orang-orang untuk mempersiapkan jalan yanh lebih baik. Dengan berprasangka buruk aku membawa kalian untuk membuka jalan yang lain. Aku tidak bilang pikiran positif jelek, aku hanya bilang, tanpaku, seseorang tidak akan bisa menjadi cerdas. Aku juga tidak menyuruh orang menjadi malas dan tidak mencoba. Itu salah dia sendiri. Saat aku masuk ke pikiran kalian, tugasku hanya mengingatkan kalian untuk memikirkan segala kemungkinan. Apa yang mungkin salah, apa yang mungkin tidak bisa dilakukan.

Tapi sayangnya aku tidak pernah dihargai. Kalian selalu memuji pikiran positif. Kalian memujanya sampai menjadikannya bahan pembicaraan dan buku. Sedangkan aku tidak mendapat apa pun. Seharusnya kalian bersyukur aku masih mau berada di pikiran kalian.

Selasa, 26 Juli 2016

The Notebook: #20 Positivity Post

Positivity Post!

Hai geng! Buat meminta maaf sekaligus nyeimbangin semua post kelam dan melankolis sebelumnya, aku bakal ngasih satu post khusus biar kita bersyukur dengan apa yang tuhan kasih buat kita! Aku bakal mulai dari hal paling besar sampai paling kecil.

Pertama, kita masih hidup. Kita masih bisa merasakan hal-hal lewat panca indera kita, kita masih bisa berpikir dan kita masih bisa merasakan keindahan alam. Lalu, kita masih hidup di dunia dimana kita masih bisa melihat kebaikan. Kita masih bisa berbuat baik dan menerima perlakuan baik.

Jangan lupa kita punya teman-teman dan keluarga yang ada saat kita butuh, mau mendengar cerita kita, dan menerima kita apa adanya. Mereka juga membantu kita untuk menjadi kita yang sekarang. Tanpa mereka, kita hanya akan menjadi orang yang bodoh tanpa mengetahui perspektif dunia. Kita berkembang dan berkembang menjadi orang yang lebih baik tanpa kita sadari.

Selain itu, jangan lupa dengan makanan enak yang kita makan. Kita masih bisa merasa kenyang dengan makanan dan kita masih bisa merasa nyaman dengan barang-barang dan tempat tinggal kita. Coba, hitung berapa kali kita makan dari kecil. Atau berapa kali kita memberi barang dan pakaian.

Kita juga masih bisa bermimpi. Bukan kah ini hal paling positif yang bisa kita punya? Bermimpi dan mempunyai impian. Ini juga hal paling kecil yang jarang kita syukuri. Mimpi membuat kita menjadi orang yang lebih baik dalam perspektif kita. Determinasi, motivasi, semangat, semua perasaan yang muncul karena kita bermimpi. Perasaan yang muncul untuk hidup. Impian lah hal paling penting dalam membantu kita berkembang. Jadi, jangan lupa bermimpi ya!

Masih banyak hal yang bisa kita syukuri dari hidup kita. Kita hidup dengan jutaan anugerah yang kita sendiri tidak sadar. Terkadang, untuk bahagia kita hanya perlu untuk melihat dan menyadari hal-hal kecil. Selamat dan semangat dalam hidup, geng! Semoga kehidupan kalian dipenuhi dengan kebahagiaan karena bersyukur!

The Notebook: #19 I Am A Wolf, Searching For My Moon

Pernahkah kau mencari seseorang yang dapat mengisi kekosonganmu? Apa kah hal itu sangat berat? Apa kah kau mencari seseorang yang "pas"?

Jika kau merasa seperti itu, mungkin kau sama sepertiku. Aku adalah serigala yang mencari bulanku. Bukan serigala yang hidup dalam kelompok dan saling menjaga satu sama lain tentunya. Hidup itu adalah mimpi yang terlalu mewah bagiku. Aku serigala yang hidup sendirian. Karena itu lah aku sangat membutuhkan bulanku. Untuk sekedar menghibur dan menemaniku dikala aku merasa sepi.

Terkadang aku juga menemukan kawanku. Mereka yang mencari bulan mereka juga. Sayang, kami tidak bisa bersama karena kami tahu kami tidak akan bisa memenuhi keinginan masing-masing. Kami berharap kami menemukan bulan kami.

Tapi jika kau bukan kawanku, kau sangat beruntung. Kau bisa menghabiskan waktumu untuk hal lain. Walaupun kau bukan kawanku, aku masih mau menemanimu, karena aku tahu bagaimana rasanya kesepian dan aku tidak mau kau untuk jatuh ke lubang yang sama denganku.

Mungkin perjalananku masih panjang. Aku masih mencari bulanku. Aku bertemu dengan bulan-bulan yang mungkin adalah mirip orang lain, aku tahu mereka bukan bulanku.

Selasa, 19 Juli 2016

The Notebook: #17 This Is What The Darkness Promised

Mereka menjanjikan rasa puas. Aku tahu, manusia adalah makhluk yang selalu mencari kepuasan. Aku tahu setiap gerakan dan keputusan yang manusia buat adalah hasil dari keinginan untuk puas. Ya, aku tahu.

Bersabar adalah pilihan yang dibuat oleh manusia untuk menutupi ketidakpuasan masing-masing. Mereka menjanjikan rasa puas. Lalu untuk apa aku bersabar?

Aku membuat perjanjian dengan mereka. Mereka menyuruhku melakukan apa yang mereka minta. Di akhir aku akan mendapatkan kepuasanku.

Sayangnya, aku tidak bisa membodohi mereka. Mereka lah yang membodohiku. Mereka berkata mereka akan memberi kepuasan setiap aku menuruti perintah mereka. Aku harus mengakui mereka memberikan apa yang mereka janjikan. Dari berbagai bentuk mulai uang, maupun barang, bahkan karena itu orang-orang mulai membutuhkanku. Aku sangat puas.

Tapi seperti yang aku katakan, aku dibodohi mereka. Setiap kali aku mengikuti mereka, aku selalu terjerumus makin dalam, menjadi bagian dari mereka. Kegelapan. Dimana semua hal buruk terjadi, bahkan yang tidak pernah kau pikirkan. Dan aku sekarang ada di dalam kegelapan. Termakan rasa puas sesaat dan nafsuku untuk terus melakukan apapun demi merasa puas. Aku bahkan tidak dapat melihat apa-apa lagi. Cahaya adalah hal asing bagiku.

Aku tahu ini salahku. Kegelapan menjanjikan kepuasan dan mereka memberikannya. Tapi mereka tidak bilang bahwa akhirnya aku akan jatuh ke kegelapan itu sendiri.

The Notebook: #18 You Don’t Need A Weapon When You’re Born One

Aku akan memberi tahu kalian sedikit tentang rahasiaku. Rahasiaku adalah hal yang membuatku bertahan hidup. Hidup dengan nyaman, bahkan lebih. Lebih dari kalian orang-orang yang tidak mau mencoba membuka. Membuka diri kalian dan sadar akan potensi kalian. Kalian terlalu takut dengan kelemahan. Kelemahan yang justru dapat aku manfaatkan sebagai kelebihan. Kelebihan untukku, tentunya, karena aku adalah senjata.

Aku ditempa berbagai cobaan. Cobaan yang membuatku makin kuat. Kuat untuk menghadang segala musuh. Musuh bukanlah lagi ketakutanku. Ketakutanku adalah jika seseorang mengetahui rahasiaku. Rahasiaku tentang cara menjadi seorang senjata. Senjata, ya seorang senjata yang begitu ampuh melakukan serangan.

Aku akan menceritakan kekuatan senjata ini. Senjata ini adalah senjata yang telah memulai perang dunia. Dunia yang juga dipenuhi orang-orang sepertiku yang berani mencoba. Mencoba seberapa kuat kekuatannya dan pengaruhnya. Pengaruhnya cukup bagus namun aku tidak tertarik. Tertarik untuk mencoba menggunakannya sendiri.

Kecuali jika kau spesial. Spesial untuk menjadi musuhku. Musuhku akan aku berikan serangan khusus yang bahkan mereka tidak akan tahu. Tahu-tahu mereka sudah terjebak. Terjebak dalam kekuatanku.

Terimakasih dunia telah menjadikan aku senjata.

Sekarang aku akan memberi tahu rahasiaku; kalian juga adalah senjata.

Maaf saja aku tidak akan memberi tahu kalian senjata apa yang kalian punya atau bagaimana cara membangkitkannya. Itu akan menjadi hal sangat bodoh bagiku bila orang-orang menjadi kuat.

Jumat, 15 Juli 2016

The Notebook: #16 Let's Talk About Hopes and Dreams [And My Life's Goals]

Salah satu hal yang paling aku suka dari orang-orang adalah mendegarkan mimpi mereka. Melihat orang berpikir itu super menyenangkan dan menantang. Apalagi jika berurusan dengan impian. Ada yang jawab seadanya, ada juga yang jawab super mega detail. Impiannya juga bermacam-macam, ada yang paling idealis sampai paling rasionalis. Isnt mind's the coolest? Hopes and dreams are the thing that makes us motivated even in our own lowest.

Bertahun-tahun hidup, aku mengenal banyak orang,  mulai dari yang super pendiem yang bener-bener dipush sampai orang yang super energetik gandeng ga bisa diem yang ngomong terus tanpa disuruh. Tapi mungkin perkenalan paling berpengaruh dengan mimpi dan impian ini ada di masa SMA dimana orang-orang mulai berpikir dengan masa depannya.

Untuk mengingatkan aku di masa depan dan, I dont know, oversharing stuff yang tidak membahayakan, sekarang aku bakal menjabarkan mimpi dan impian aku dalam jangka waktu satu tahun, sepuluh tahun yang akan datang, dan seumur hidup.

Untuk tahun ini, yang udah setengah jalan, mimpi  aku juga udah beberapa yang terwujud. Sebenernya untuk tahun ini ga banyak mimpi soalnya aku udah  nandain tahun ini sebagai tahun prepation dengan moto "Hero rises". Aku tau ini naon  banget tapi ya, mimpi aku geng! Jadi  karena tahun ini juga  tahun penentuan jalan menuju cita-cita aku,  jadi  apapun yang terjadi tahun ini harus aku pikirin dan rencanain sematang mungkin.

------------------------------------------------------------

Ok pertama, tahun ini aku ingin banyak berkarya di berbagai bentuk. Selain tulisan, aku ingin membuat karya di bidang desain dan video. Which is aku bisa bilang in progress karena aku udah produktif di IG dan blog aku. Untuk video, aku berkontribusi di ekskul aku dan ngebuat MV tribute Homestuck.

Kedua, aku bakal buat series AYAM (Animation You (never) Asked Me (for)).  Ini series  animasi pendek yang consist dari pembuatan  animasi tradisional  sampai modern. Mulai dari ngeflip kertas, gif, MsPaint, sampai pake Adobe Flash. Pemeran utamanya mulai dari ayam sampai buah jeruk. Tadinya aku mau belajar animasi dan buat studio mini, tapi, budget nih. Karya ga bisa dibuat gratis.:( Also aku lupa CD  installer drawing padnya ada dimana. Jadi  kayaknya aku postponed ini ke mimpi untuk sepuluh tahun.

Terakhir aku pengen ngilangin sifat-sifat aral ga penting. Istilahnya aku pengen bisa lebih calm dan lebih kooperatif sama diri aku sendiri sebelum aku  masuk perkuliahan. Aku ga mau masih banyak sifat ga wise aku masih ada disana dan aku malah ngebuat hidup aku  makin susah.

------------------------------------------------------------

Untuk 10 tahun!

Aku pengen buat draw my life video! Paling pas umur 22-27 tahun. Aku kira itu cara cerita yang bagus dan kreatif.  Aku pengen coba buat ini  dari dulu tapi ya hidup aku masih  pendek kalo aku cerita sekarang ga  bakal ada serunya. Tapi, kalo in any case aku lupa dengan masa lalu aku, aku bakal buat draw my dream instead.

Aku juga pengen jadi content creator. Aku pengen ngebuat sebuah (atau lebih) karya yang isinya ngebuat penikmatnya berpikir lebih dalam.  Aku pengen  ngebuat sesuatu yang ngasih pelajaran yang dalam,  yang bisa ngebuat orang berubah atau seenggaknya menyadari sesuatu. Aku selalu suka cerita yang ngebuat aku berpikir dan berteori kayak Homestuck, Undertale, Bioshock Infinite, dan Dont
Hug Me Im Scared.

Terus mungkin ya belajar dan buat series animasi?

------------------------------------------------------------

Mimpi  dalam jangka seumur hidup?

Mungkin ini ga banyak dan aku baru kepikiran ini. Tapi aku pengen bantu orang-orang. Ga peduli dengan uang atau apa pun yang bisa aku lakukan, aku ingin bantu orang-orang. Kita balik ke pertanyaan paling biasa di dunia. Kenapa manusia dibilang makhluk sosial?  Karena kita membutuhkan  orang lain. Tapi kadang, ga semua orang dapet yang dia butuhin baik secara  material atau mental. Aku hidup dengan berbagai macam kesalahan. Aku juga udah jatuh ke berbagai macam lubang. Dan mungkin lubang-lubang itu akan semakin banyak seiring berjalannya waktu. Untuk apa aku hidup jika kehidupan aku tidak memberi  makna untuk dunia, kan? Jadi aku ingin hidup aku menghasilkan sejarah, walaupun tidak banyak orang yang tahu, tapi aku ingin membuat perubahan untuk pemikiran-pemikiran yang salah. Aku ingin memperbaiki humanity. Dan semoga, aku dan perkataanku tidak hancur oleh waktu.

Jadi ini mimpiku, gimana mimpimu?

Minggu, 10 Juli 2016

The Notebook: #15 Don't Hug Me Im Scared

What's your favorite idea? Mine is being creative.
"How do you get the idea?" I just think creatively.

Pernahkah kalian berpikir "mengapa kita hidup seperti ini?"? Itu adalah pikiran yang selalu ada dipikiran saya. Saya tahu, saya yang bisa dibilang belum cukup berpengalaman, saya bukan lah orang yang bijaksana untuk mengerti arti kehidupan. Dunia ini penuh dengan permainan, dimana keburukan diberi disembunyikan, label baik, bahkan diagungkan. Dimana orang-orang bertindak atas kemauan mereka sendiri. Demi uang, demi harta, demi kekuatan, demi kenyamanan.

Pernahkah kalian berpikir bahwa kita adalah bagian kecil dari suatu sistem. Kita digerakkan dan diatur oleh tangan-tangan pemegang sistem yang kita tidak tahu siapa.Kita secara cuma-cuma menyerahkan kebebasan kita kepada nilai-nilai yang  kita pegang. Kita melabeli diri kita sendiri. Kita memakai produk, bergaya tertentu, dan bertindak seperti sesuatu atau seseorang yang kita idolakan. Namun, ironinya, idola kalian adalah bagian dari sistem ini.

Pernahkan kalian berpikir... Tidak, pertanyaan yang betul adalah... Seberapa sering kalian berpikir untuk disukai oleh orang lain? Entah itu teman atau masyarakat. Kalian mengikuti trend yang ada dengan harapan mendapat pujian dari orang-orang. Kalian menggunakan uang kalian untuk hal yang belum tentu kalian suka.

Apa maksud dari perkataan saya?

Dunia ini dikendalikan oleh media. Media yang mengatur mana yang bisa diterima dan tidak bisa diterima.  Media yang mengendalikan  informasi. Media yang memberikan impresi terhadap suatu hal. Media yang mengagungkan cara-cara hidup tertentu. Media yang mengatur mana pendapat yang dianggap baik dan buruk.

Sebagai anak kecil kita diajarkan berbagai macam hal. Baik itu oleh orang tua, maupun lingkungan. Ajaran tersebut membentuk cara berpikir dan perspektif kita. Tapi tahu apa yang lebih mengajarkan kita daripada  mereka?  Media. Media bisa bertindak secara nasional maupun internasional. Media mengajarkan kita bahwa mengonsumsi dan bertindak konsumtif adalah sesuatu yang nyaman.  Media memperlihatkan bahwa di luar sana ada orang dengan gaya hidup mewah dan kita harus ingin menjadi seperti itu. Dan media berkata bahwa kita tidak boleh mempunyai pikiran buruk-psikopatis karena itu jelek di masyarakat. Media secara langsung tak langsung membatasi kita dengan ide kita. Kita harus kreatif, asal kreatif yang bisa diterima.

Dan mengapa saya mengatakan semua ini? Saya termasuk korban dari media. Kita semua termasuk korban dari media. Kita bahkan tidak berpikir dua kali untuk memberi barang-barang primer dan tersier karena media berkata itu bagus. Judul dari post ini adalah judul yang saya pinjam dari video series Don't Hug Me Im Scared yang baru saja selesai pada 19 Juni 2016. Series yang berisi enam video tersebut memberi tahu kita banyak hal yang mengatur kita bahkan saat kita tidak sadar telah diatur.

Saya sadar dan semakin yakin bahwa kita diperalat oleh media. Kita kehilangan jati diri. Kita takut berkarya. Bahkan kita takut untuk mengeluarkan pendapat kita  karena pemikiran yang tidak sejalan dengan pemikiran masyarakat. Bagian paling menarik dari semua ini  adalah tidak ada yang bisa  kita lakukan. Kita tetap hidup dengan gaya hidup dan memakai brand yang media beri kepada kita. Bahkan kita tidak sadar kita dipermainkan oleh orang-orang dibalik media yang bermain dengan uang kita.

Terakhir, mungkin kalian ingin berpikir kembali sebelum menerima informasi dari seorang remaja nihilism yang berpikir dengan perspektif aneh.

Dan jika kalian  menonton Dont  Hug Me Im Scared episode time, ini quotes favorit saya:
"Its out of my hands im only a clock.
Dont worry, im sure youll be fine. But eventually,everyone runs out of time. "


-Wolfie

Dont Hug Me Im Scared:
https://www.youtube.com/user/thisisitcollective

Sabtu, 09 Juli 2016

The Notebook: #13 L'appel du Vide

Banyak ide berawal dari kebosanan. Jika seseorang merasa bosan, mereka akan mencari cara untuk menstimulaai diri mereka sendiri, untuk merasa hidup kembali.

L'appel du vide. Aku merasa bosan. Semua kehidupan ini membuatku merasa mati. Aku merasa seperti robot yang selalu dipaksa untuk melakukan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu untuk apa. Sampai... aku berpikir, ternyata hidup setidak berguna ini. Tidak berarti. Semua ini tidak berarti. Aku bosan dengan semua ini.

Aku butuh hembusan angin mengenai wajahku. Sejuk. Dingin. Aku ingin rambutku berkibar seraya tubuhku bergerak mencapai titik pemberhentianku. Aku butuh perasaan terkejut, takut, bahagia. Aku ingin orang-orang melihatku dengan berbagai perasaan di mata mereka. Aku ingin melihat berbagai pemandangan dari sudut pandang yang berbeda. Aku ingin merasa hidup.

Aku butuh gedung yang tinggi. Sangat sangat tunggi. Pikiran ini seperti narkoba, semakin aku memikirkannya semakin aku menginginkannya. Aku akan berlari kemudia mengambil lompatan besar, aku akan membuka mataku dan melihat berbagai hal menarik. Kemudian, akan kututup mataku ketika aku hanya beberapa meter lagi dari tujuanku. Aku gelisah aku bisa merasakan tubuhku sedikit bergetar. Aku butuh stimulasi itu sekarang. Aku akan hidup, walaupun beberapa detik, aku tidak akan bosan! Aku harus melompat! Ya! Semua perasaan yang akan aku dapat beberapa  detik yang telah hilang beberapa tahun ini! Aku tidak peduli aku mati atau selamat aku harus melompat!! Aku tidak bisa menahan perasaan ini. Aku terlalu gembira napasku mulai tidak beraturan. Atau mungkin, karena saat ini aku sedang berlari menaiki tangga?

Aku bisa merasakannya. Angin berhembus kencang, udara terasa dingin. Aku berlari dan berlari, melompat. Aku bahagia, aku berteriak. Akhirnya, aku mulai menutup mataku.

The Notebook: #12 Probably An Embarrassing Story 😂😂😂


So in highschool I joined a debate club. I thought it will help me to things like speech or public speaking, beside I love storing facts and talk about theories and stuff. But, being the nervous people I am, I'm not good with speaking until now.

There was an internal debate competition in my school. The team was randomized and I got with 2 student that I knew. We were in the same grade. But the thing was I never got into a group with them so I didn't  know the best way to work with. We were so good at storing fact of the motion. I thought we hada chance to win at least on round.

Little did we know, at the first round we got to debate against our senior. Senior of the debate club. I was so nervous at the first but i  played it cool. later at the end my friend told me I was good at first.

"At first"

I got to be the second speaker of the contra team. But then, my team mate, the first speaker, took half of my statement and basically ruined things for me. I didn't have anything to tell anymore.  I was so confuse I  didnt  know what the best thing to do.

When its my turn, I finished my statement and couldn't think any other fact. I just stand there sweating and trying to figure out what to do.

When accidentally

I said

"Fuck"

It just a wisper.
But I was in front of the mic.
I was screaming inside hoping no one hear it.
But damn that was the death of me.
I knew that my other team mad was so angry.

I stoned at there for a little while.
And then I just ended my turn.
And cried inside.

I was so embarrassed back then that I didn't want to do a public speaking like 6 months.

😂😂😂

Jumat, 08 Juli 2016

The Notebook: #11 Perihal SBMPTN ini

Ini bakal jadi post yang panjang soalnya aku bakal ngeceritain (perjuangan?) dari awal kelas 12. Ini mungkin bakal lebih fokus ke topik pembelajaran jadi buat yang pengen cerita cinta  kind of stuff bukan disini tempatnya. :( Ini juga bukan cerita sombong, tapi ini lebih tepat disebut review kehidupan aku dalam belajar. so... i warn you...

Pertama, untuk memulai cerita ini, kita akan mulai dari awal tahun kelas 12. Aku bisa ingat tahun ajaran baru saat kelas 12 mulai pada 27 Juli 2015. Hari Senin, seperti biasa dan aku tahu hari pertama adalah hari tertidak penting karena pasti kami tidak akan melakukan apa-apa. Minggu pertama kelas 12 pun mulai. Tebak apa? Setiap hari selama seminggu, guru jam pelajaran terakhir tidak masuk kelas. Woaa... ini kelas 12?

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Skip bagian tidak penting dan skip bahasa formal, sekarang kita bakal review gimana aku belajar pas kelas 12 yang, harus aku akui, ga bisa dibanggain. Bisa dibilang aku masih ada di titik rendah dan itu super super ngasih pengaruh jelek buat belajar aku. Kelas 12 ini aku sering bolos dan manfaatin keadaan aku, yang secara medical emang bisa dibilang sakit, untuk sering bolos. Yap. Bolos. Aku tau dan hafal hari kapan aku bisa bolos. Either selasa, kamis, atau jumat. Aku bener-bener sering bolos sampai ke titik dimana aku ga bisa ngehitung lagi berapa kali aku bolos.

Padahal sebelumnya, bolos was a big big no. aWalaupun sakit, aku tetep maksain sekolah. Tapi kelas 12 ini aku somehow ngebiarin aku sendiri untuk bolos. Mungkin orang-orang bisa ngejudge aku kayak orang yang yolo dan ga peduli nilai gara-gara bolos ini. Truthfully, aku peduli semua usaha aku, nilai, dan pencapaian aku. Aku cuma super stress dan nganggap semua itu meaningless at the moment. Aku ga punya motivasi untuk belajar walaupun aku harus, walaupun aku punya tujuan yang aku tau jalan buat dicapainya ga gampang.

Tapi emang bener ya kata quotes dan pepatah, musuh terberat aku, adalah aku sendiri.

Mau ga mau, akhirnya aku paksain diri aku sendiri. Walaupun aku bolos, di rumah aku tetep belajar, ngasih deadline, ngasih aturan, sistem reward punishment, dan sebagainya biar aku bisa ngerjain semua tugas yang harus dikerjain. Still, aku masih moody buat belajar. Susah banget buat fokus sama satu hal kalo banyak intrusive thought yang tiba tiba muncul padahal ga diminta.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Kesalahan aku yang lain adalah...

Omg ini kesalahan paling bego aku, aku malu kalo ngungkapin ini.

Kesalahan aku, aku ngerasa aku sendirian, like literally sendirian, berjuang sendirian dsb dsb. Ini super bodo wkwk. Aku masih suffering dari trust issue yang aku dapet dari beberapa kejadian dua taun kebelakang. Satu hal yang paling kompleks dari trust issue adalah kamu harus bisa percaya ke seseorang untuk bantu kamu tapi kamu sendiri ga tau gimana caranya percaya. Woa. Untuk beberapa waktu aku lebih withdraw dari aku biasanya. Aku banyak skip aktivitas "bersama teman" dan lebih sering isolasi diri. AND THAT WAS SUPER STUPID LIKE REALLY I TOOK EVERYONE FOR GRANTED. LOOK PEOPLE IF YOU READ THIS IM VERY SORRY. YOU ALL ARE THE MOST WONDERFUL PEOPLE IVE EVER MEET. because you know i never know anyone else heheh.

Masa-masa itu bisa aku bilang kayak masa-masa terjelek aku. Aku lebih moody than ever aku ga bisa ngatur emosi dan woaaw susah belajar? Jangan tanya. Cuma, sisi bagusnya aku bisa nyembunyiin semua kekhawatiran aku dan aku yakin ga ada yang bisa baca ini sampe sekarang. Hmm atau aku salah? Who knows.

Trust issues berlanjut sampai akhir semester 1 saat aku udah cape dengan semua ini dan aku bilang ke diri aku sendiri, kalo aku harus mau ngerubah buat bisa mencapai misi aku. Mau ga mau.

[Aku punya beberapa objektif yang harus aku selesein pas akhir SMA dan kalo aku gini terus aku malah buang waktu, jadi aku kind of marahin diri aku sendiri]

 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku sering mikir...
Kalau akhirnya aku mati, buat apa aku sekarang cape-cape kayak gini? Buat apa aku bermimpi tinggi-tinggi? Buat apa aku makan? Buat apa aku minum? Buat apa aku bertahan hidup? Buat apa aku beli ini? Buat apa aku ingin itu? Buat apa aku berusaha seneng? In the end semuanya ga ada artinya semuanya useless semuanya ga penting dan semuanya fana. Kenapa aku harus berusaha untuk ujung yang bukan apa-apa? Walaupun aku ingin masuk surga kenapa aku harus berusaha keras-keras? Kenapa? Buat apa?

Jawabannya ternyata sederhana dan kadang-kadang aku malah ga bisa nerima jawaban ini. Karena hidup kita untuk orang lain. Aku berjuang, biar aku bisa bantu orang. Ga tau mungkin itu keluargaku nanti, atau random strangers yang butuh bantuan. As simple as it. Cuma untuk itu aku harus berjuang sekarang, biar aku punya power buat ngebantu orang-orang. Membuat mereka statisfied dan yang pasti membuat aku juga statisfied. Power, yeah thats basically human being.

Untuk semua ini, sekarang aku harus belajar.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

My mental actively and pasively in constant fight with me. Akhirnya aku ngebuat perjanjian biar aku mau berubah dan such. Aku tau aku gimana dan aku tau ini hasil dari kegagalan aku taun 2015. Aku pridefully ga mau ngaku kalo aku gagal, ngaku kalo aku juga piece of nothing yang bisanya cuma nyusahin orang-orang. Liat, aku broken leg yang susah ngapa-ngapain!

Jadi aku ngebuat perjanjian.

"Okay okay, we could start a new game" aku bilang, ke diri aku.
"Okay" yang aku bales dengan nada yang agak otw bisik-bisik.  (Ini kedengeran super dramatis tapi ya...)

Dan setelah itu, aku ngebuat peraturan. Ga cuma tentang belajar, tapi juga tentang temen, tentang lebih sedikit mikir yang aneh-aneh, tentang hidup, dan tentang banyak hal lain yang bakal panjang kalo aku jelasin.

Dan...
Emang ga banyak, tapi aku bisa bilang ini ngasih progress dan aku ada peningkatan sedikit menuju aku yang  lebih baik.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sekarang, aku mau ngingetin post ini bukan apa-apa kecuali cerita lama yang aku harus keluarin daripada aku lupain. Aku ga pengen sombong, atau merasa dikasianin atau apapun. Ini cuma review buat apa yang terjadi setaun ini. Ini memang bukan cerita seru atau gimana. Aku nyoba buat ga masukin oknum siapapun dalam post ini. Mungkin post ini keliatan kayak aku "full of myself". But you know what? Thats okay i dont do this everyday.

Okay lanjut.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Cukup untuk bagian semester 1 di sekolah, karena ga ada yang aku bisa ceritain lagi selain gangguan secara mental dan lack of studying. Dan sekarang, aku mau ceritain gimana aku belajar di tempat bimbingan belajarku, sebut saja prosus dalamsepuluh. Aku tertarik dengan prosus ini soalnya mereka dikenal kayak bimbel yang sangat tegas dengan semua tugas dan mencekam dan wah-wah lain. Dan itu yang aku butuhin. Pemaksaan belajar dengan deadline dan stuff. Jadi, aku komit untuk melaksanakan semua tugas dan belajar disini.

Tapi silly little old me suka curang-curang ga penting. Kadang-kadang aku suka networking jadi aku bisa ngerjain soal yang aku ga tau lebih cepet. Networking basically jaringan, yap aku bisa dibilang punya beberapa network dan kerjasama udah bukan hal yang asing buat aku. Kadang-kadang, aku terlalu networking jadi lupa kalo itu sebenernya harus aku yang kerjain sendiri. Tapi kalo dipikir-pikir juga, networking bukan ide yang jelek kalo inget aku punya trust issue dan mau ngebenerin itu, ya bisa dibilang win win lah.

Ngeliat hasil TO aku, aku tau aku punya semacam siklus (ga bener-bener siklus). Aku tau, awal semester, hasil TO aku bisa bener-bener di puncak aku. Cuma, bulan-bulan seterusnya pasti naik turun. Nah berdasarkan ini aku tau kalo performance aku ga konsisten dan bener-bener tergantung dengan tingkat stress aku. Aku tau semua bagian belajar ini penting cuma aku ga bisa ngebuat aku fokus di satu topik, yaitu belajar in this case, karena pikiran aku constanly kabur kemana-mana.

Kadang-kadang aku bingung. Aku sering nanya "hey what do you want?" Setiap aku ga mood dan down dan lain sebagainya, aku selalu tanya itu. Ga tau aku bakal dapet jawabannya atau engga. Tapi ga ada salahnya nyoba kan? Iya aku tau itu freak tapi seenggaknya aku nyoba buat ngerti diri aku sendiri karena aku bingung dan ga tau mau coba apa lagi.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku tau aku tau, aku cuma whining dan keliatan ga bersyukur dan mungkin ada orang yang mikir kalo aku cuma mikirin aku dan masalah aku padahal masih asa orang yang punya masalah lebih besar dari aku but hey ini cuma cerita aku kan?

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Takut aku belum belajar maksimal dan ini udah mulai semester 2, aku mulai mikirin rencana buat masa depan. Aku ngerasa aku kurang banget dalam masalah belajar dan berjuang buat masa depan ini. Liat! Orang-orang lain bisa super ambis dan fokus sedangkan aku masih uring-uringan ga jelas dengan aku sendiri. Jadi, Pet, gimana kalo taun depan? Kita bisa ngulang dengan harapan kamu mau belajar lebih kooperatif.

Hmn kenapa engga? Keliatannya emang aku ga sekeras orang lain berjuang. So aku harus lebih nyiapin mental kalo aku ga keterima SBMPTN, nyiapin mental pas temen-temen punya fakultas dan aku engga, dan nyiapin mental buat semua kebosanan kalo gabut. Okay.

Tapi emang ga apa-apa? Emang ini solusi paling rasional? Atau aku cuma ngerasionalin pikiran aku sendiri? Mungkin kalo aku tanya orang-orang, aku bisa lebih tau pikiran aku masuk akal atau engga.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sekarang, aku bakal cerita tentang belajar di semester dua di sekolah. Which is ga bener-bener belajar karena everything was chaotic. Semester 2 ini penuh dengan latian buat uprak, uprak itu sendiri, US, pra-UN yang ga bener-bener persiapin apa-apa, dan UN. This was so weird karena ngeliat aku pas smp, aku lebih serius belajar UN. Aku bisa bilang, semester 2 ini cape yang ga puguh dan fana.

Aku inget kayaknya aku belajar buat UN baru H-30 dan aku baru bisa materi-materi fisika, kimia, mat saat H- beberapa hari sebelum UN.

Not to mention aku masih sering mabal sekolah di semester 2 ini dan much much sering daripada semester 1. Wow ini super nakal. Tapi kadang-kadang aku malah seneng gara-gara aku bisa keluar dari situasi dimana temen-temen sekelas dimarahin dan aku ga kena gara-gara aku mabal.

Ngerasa kurang di sekolah, aku mulai lebih sering dateng ke prosus dalamsepuluh. Aku download, print, dan fotokopi banyak soal. Aku kerjain soal di buku persiapan UN,  aku review materi dan buat rangkuman walaupun ini super telat. Fortunate for me, aku punya temen-temen yang bisa diajak coop buat belajar UN, kadang-kadang kita belajar sampe jam 11 buat ngerjain soal-soal, aku seneng punya temen yang semangat ambis. Soalnya, akhirnya aku mau ga mau belajar. Hahah.

Seenggaknya sekarang aku bisa lebih fokus ke belajar. Aku mulai bisa nerima keadaan-keadaan yang aku ga suka, baik secara mental atau fisik. Aku mulai bisa networking lagi. Mulai bisa ngelakuin banyak skill yang udah lama ga aku pake. I was still withdrawing myself but i can work with this. So then i can feel much more confident about myself.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

UN beres dan akhirnya intensif SBMPTN. Woa another kejutan soalnya aku masuk kelas A8. Buat yang ga tau, aku bener-bener ga mau di kelas ini. Aku over anxious dan grogi buat sekelas sama orang-orang yang aku anggap di atas aku. Lebih dari itu, pastinya kelas ini super bosenin. Man, pasti juga super ambis. Tapi yang aku paling permasalahin, kenapa aku bisa masuk kelas ini in the first place? I mean, seriously TO aku naik turun. Aku tau orang-orang pinter yang lebih pantes buat masuk kelas ini. Kenapa aku._.

Tapi Allah punya caranya sendiri kan? Mungkin ini biar aku lebih belajar dari biasanya.

Tapi selain semua itu aku juga bersyukur karena kita dapet kelas di lantai 2 yang selalu emang aku pengenin. Dan kita dapet ruang diskusi di belakang, yang super sepi dan ga noisy kayak di depan. Terus emang deket sama tempat sholat dan wc. Juga ada beberapa win win situation yang unfortunately lebih baik aku ga kasih tau disini hahah:))

So aku baru sehari disini and... GUESS WHAT. INTENSIF BENER-BENER SEPI. DUDE BRO MAN. Kelas ini super sepi kecuali satu orang yang duduk di pojok kanan belakang. Semua orang diem dan diem :( god golly what is this. I like peaceful place but this is just so inhuman wkwk. Man bahkan kita ngerjain kuis sendiri-sendiri. Ya memang kuis dikerjain sendiri-sendiri "seharusnya". Tapi man really, sedikit kerjasama? :( what is this? This is not kind of my class. Impression hari pertama aku bisa dibilang jelek, dan sayangnya hari-hari selanjutnya impresi aku ternyata ga ada yang berubah. :(

Kadang-kadang, setiap aku ada di kelas ini, aku mikir, kalo aku gini, aku gandeng ga ya? Ini bakal kontrast banget sama keadaan kelas dan im sure i dont want to be the noisiest one here dan dikatain annoying sama temen sekelas. Jadi, aku lebih hati-hati buat ngelaksanain human interaction di jam-jam sepi. Aku secretly takut mata-mata orang-orang pinter itu ngejudge aku buat tindakan yang aku lakuin. Meh, mungkin aku ga punya attittude orang pinter.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

However, being idealis, aku selalu bisa nemuin celah buat ga bersyukur. Aku pengennya masuk kelas A7, yang suasananya sama kayak kelas B aku dulu, kelas sebelum intensif. Kalo bisa aku mau pindah, tapi kayaknya itu bakal ngasih so much trouble walaupun aku bisa.

Yaudah, aku menjalani hari-hari intensif, yang selalu sama tiap hari, seadanya.

Masalah dateng lagi. Kali ini adalah... moody belajar aku balik dan ini bener-bener ga ngebantu suasana.

Jadi habis kelas, kita harus belajar "bersama" di meja diskusi. Buat lebih ngasih gambaran, kita duduk di satu meja dan ngebahas soal-soal. Untuk gambaran yang lebih jelas lagi, kelas A8 ini cuma diskusi like 15 menit di akhir karena di awal kita masing-masing ngerjain soal sendiri-sendiri. Sepi. Aku ga komplain dengan semua sepinya soalnya aku emang prefer tempat sepi tapi aku bukan orang yang bisa belajar dengan suasana sepi yang inhuman. Atau lebih spesifiknya, aku ga bisa belajar "bersama" dengan random people yang diem. Dude ini bukan diskusi kalo semua orang diem. :( Oh iya aku bukan orang yang jago befriended people first. Apalagi kalo orang itu cowo pendiem yang super super mega pendiem. DAN coincidentally aku beberapa kali duduk di sebelah dia. GOD LORD WHAT SHOULD I DO? WHATS NORMAL INTERACTION IN THIS KIND OF SITUATION? Aku harus nyapa? Atau aku harus diem aja? Atau aku harus pura-pura nanya soal biar aku tau cara ngomong yang pas sama orang ini? Atau aku harus beneran nanya soal?

One more thing about this one person. Orang ini, bener-bener kayak seribu langkah di depan. Dia udah ngerjain proset (problem set) untuk minggu ini dan ngerjain soal untuk minggu depan... whaaaaat... Dan aku liat dia udah ngerjain ulang soal tugas mandiri dengan rapi. Wow just wow. Literally seribu langkah di depan.

Jadi daripada bingung dan mempertanyakan itu semua, aku lebih sering interaksi dengan temen di sebelah aku (yang satunya lagi), atau temen di sebelah temen aku (disisi yang sama). Mungkin kalo dihitung presentase perbandingan interaksi aku sama orang di sebelah kiri vs sebelah kanan, perbandingannya 1% vs 99%. 😂😂😂

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku bukan penghafal yang pro. Aku ga bisa ngapalin semua rumus matematika fisika dan kimia. Paling jelek, aku ga bisa ngerti biologi dengan nama-nama aneh dan sistem kerjanya. Ya mungkin emang bawaan aku jelek di hal-hal naturalis, tapi kadang-kadang aku masih bisa bullshiting my way through biology. However, aku ga bisa ngebullshitin jawaban kimia aku. Which is very frustating. Kimia pelajaran yang super aneh dan kompleks. Matematika dan fisika sure bisa aku jawab pake logika kalo mau berpikir hard enough dan emang ngerti dasarnya, jadi kadang-kadang aku ga usah pake rumus. Tapi kimia bro, hafalan ada, rumus ada, dan nguasain semua itu ga gampang kalo materinya super banyak dan kadang-kadang nyambung sama biologi. It was so hard.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Walaupun aku intensif, aku masih ngerasa aku ga bisa apa-apa, terutama kimia dan mat minat. Dan setiap ada frustasi, pasti ada moody. Kalo aku pulang ke rumah dan cape, aku ga bisa belajar soalnya pikiran aku kemana-mana. Sedangkan, sekarang aku lagi di keadaan yang aku harus belajar. Look, chat aku sama orang-orang aja dominan isinya belajar.

Karena aku ga bisa belajar pas diskusi "bersama" kelas, mau ga mau aku harus belajar di rumah. Jadi selain ngerjain TM, aku juga ngerjain proset ke depan-depannya biar aku bisa tau bagian mana yang aku ga bisa dan nanya ke temen di sebelahku, sebelahnya sebelah temenku, atau all the way jalan ke tempat diskusi A7.

Tapi gimana caranya aku bisa belajar kalau aku moody? Cuma ada dua pilihan. Pertama aku harus ngebiarin aku diem, yang berarti ngebiarin pikiran aku kemana-mana. Ngebiarin moodynya kebayar, dan aku akhirnya bisa nanya "what do you want?" ke diri aku dan evaluasi, berakhir aku mau belajar. Secara fisik, aku literally cuma diem, biasanya di kasur. Dan this is very time consuming gara gara biasanya bisa sampe 1 atau 2 jam. Plus keliatan dan kedengerannya ini super miserable. Yang kedua lebih simple. Aku tidur. Aku maksain buat tidur biar aku bisa ngilangin pikiran cape sebelumnya walaupun aku ga ngantuk. Aku lebih prefer yang kedua jelas, soalnya, ini kedengeran lebih normal dan ga sedih.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Tapi semua dunia perintensifan ini berakhir cuma dua minggu. Tepat dua minggu, bisa dibilang. Hari itu TO kedua. Hari itu aku minjemin pensil rotring yang sampe sekarang belum dikembaliin. Hari itu aku tadinya mau nonton civil wars jam 4 sore.

Tadinya.

Aku numpang sholat dzuhur di SMA soalnya aku memang harus evaluasi editing project video terakhir untuk angkatan. Rencananya, aku bakal beli tiket terus cari makan.

Sampe, ternyata kaki aku patah. Aku ga bakal cerita tentang patahnya. Aku bakal cerita tentang aku yang tiba-tiba diserang sama banyak pikiran di waktu yang sama pas kaki aku patah. Pikiran pertama aku adalah "jangan sekarang" yang dilanjut dengan "i knew this would happen", "aku harus gimana lagi", "timingnya jelek euy" dan lain sebagainya dan lain sebagainya.

Unfortunately, aku lupa ngisi pulsa jadi aku ga bisa nelepon orang tua aku. Aku coba freecall dari aplikasi online sih, tapi ga dijawab. Now fortunately, ada beberapa temen aku yang lewat. Satu aku pinjem hpnya buat nelepon ayah aku dan minta jemput, tapi yaa gara-gara ini super sudden, aku harus nunggu. Ada lagi yang ngebantu aku berdiri. Ada lagi yang nemenin aku sampe dijemput.

Aku ngerasa super gembel nunggu dijemput di depan gerbang dan ga bisa kemana-mana. Tapi yaa, ada temen lah. Nah temen aku yang ini, udah tau banyak cerita aku, sampe aku juga bingung apa yang pernah aku ceritain dan yang belum aku ceritain. Tapi kondisi ini ngebuat aku bisa ngomong lebih cepet ke topik yang mau aku bicarain. Which is life. Dengan situasi aku yang kayak gini, jujur aku bingung ke depannya mau kayak gimana. Aku belum punya short plan buat keadaan kayak gini.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Skip cerita, aku dioperasi, seminggu di rumah sakit dan seminggu di rumah masih susah gerak. 2 minggu ini aku bener-bener ga bisa belajar gara-gara pegel duduk kelamaan, pusing panas keringetan ga jelas, atau gara-gara pengaruh obat. Dua minggu itu beres dan sisa SBMPTN tinggal dua minggu. Dengan semua materi yang ketinggalan dan belajar sendiri di rumah, aku ngerasa super ga maksimal. Masalahnya aku bukan orang yang bisa ngerjain semua soal di pandangan pertama dan hafal semua materi. Belajar aku super ga maksimal dibanding pas aku sehat. Materi yang aku  pelajarin juga ga sedalem biasanya. Tapi yap, aku ga bisa ngapa-ngapain lagi.

Semua ini kayak roller coaster. Aku ga ngerti dengan keadaan yang bisa dibilang naik turun dan aneh. Saat orang lain belajar dan fokus buat SBMPTN dan aku kayak gini. Tapi aku juga punya pride dan ga mau kalah sebelum nyoba. Tapi lagi, kondisi aku yang gini ngebuat aku sendiri ga confident buat nyoba. Orang lain udah naklukin ratusan soal, aku belum. Orang lain udah belajar puluhan materi, aku belum. Walaupun aku bilang pengen taun depan, aku ga bisa ga ngapa-ngapain gitu aja. Dan sekali lagi.... aku tanya, apa yang aku mau "what do you want?" Aku mau nyoba.

Aku bersyukur punya temen-temen yang masih mau ngedengerin aku walaupun di titik terendah. Temen-temen yang mau maksa aku dan mau ngingetin aku buat bersyukur dan semangat. Kalo ga ada mereka as sure as hell aku mungkin ga bakal belajar dan mungkin SBMPTN lebih banyak asal dari ini.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Hari SBMPTN whoot whoot. Bisa dibilang aku gambling sedunia gara-gara aku hari sebelumnya ngelakuin hal yang super-super aku larang soalnya, hal ini yang sering naik-turunin mood, dan yang lebih bikin ini gambling, pilihan aku, yaitu STEI, FTMD lalu SAPPK di institut yang sama. Waah. Aku ga pernah segambling ini dalam hidup. Tapi sebenernya aku juga udah ngehitung kemungkinan masuknya kok dan itu ga impossible buat bahkan masuk pilihan kedua atau ketiga. Walaupun bisa dibilang, scorenya beda dikit. Yap, kalian bisa bilang aku orang yang YOLO tapi penuh perhitungan.

To be honest aku hari itu over anxious dan grogi. Aku mikirin 1000 kemungkinan buruk yang bisa terjadi untuk peserta SBMPTN. Aku belajar, mengerjakan, berdoa. Allah menentukan.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

SBMPTN WAS SUCH A MOMENT. Aku ga bakal lupa dengan SBMPTN yang aku pernah jalanin.

Aku masuk ruangan. Lepas jam tangan. Aku duduk di tempat yang disediain buat aku, kursi paling belakang di barisan kedua. Nunggu intruksi dan dengerin peraturan. Aku inget kode soal aku, 222 buat saintek dan 232 buat tkpa.

Bel bunyi dan aku mulai buka soal saintek. Aku ngerjain biologi ragu-ragu, dilanjut mat minat, kimia, fisika, dengan 5 soal dulu setiap section. Jadi aku bisa ngeliat semua soal.

Aku udah biasa ragu-ragu pas ngerjain soal biologi. Tapi pas mat minat. Bukan ragu, aku furious. MAN, GA ADA VECTOR!!!! PADAHAL ITU MATERI YANG AKU HAFALIN RUMUSNYA DAN AKU BIASANYA KERJAIN. DAMN AKHIRNYA RENCANA AKU NGERJAIN SESEDIKIT MUNGKIN NGASAL HARUS BERUBAH. MAU GA MAU AKU HARUS NGERJAIN 105 SOAL DAN NGASAL BUKAN LAGI PILIHAN. ITU KEWAJIBAN.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku keluar ruangan. Itu super susah. Bro, like seriously susah. Okay aku ga tau aku yang bodo atau enggak cuma itu susah. Like susah susah.

Aku siap-siap buat tkpa. Harapan aku, tkpa-nya gampang buar seimbang sama si saintek yang susah.

Dan
Aku
Salah.

Ya mungkin ga salah sih soalnya ga bisa sibilang susah juga. Yang aku tau, soal ini makan waktu. Apalagi bagian vigural. Aku ga pernah nemu TPA tipe kayak gini di SBMPTN. Udah satu jam dan aku baru 27 soal, rekor terjelek aku ngerjain TKPA. Oke aku sedikit panik. Hahah dikit? Maksud aku, aku super panik! Aku mulai ngerjain soal di panic mode yang super cepet. Aku baca teks indo,inggris, tkpa dengan agak scanning. Salahnya lagi aku baru ngerjain inggris 5 soal, itu baru 1 text dari 4 text yang super panjang. Aaaaaa. Aku teriak dalam hati. Akhirnya aku bisa ngecapai target 105 soal lebih. Yeay. Walaupun aku tau aku super banyak ngasal.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku tutup soal itu dan aku ga pernah buka lagi. Ga pernah sekali-kali aku kepo buat nyamain dengan kunjaw bimbel-bimbel, atau bahkan nginget-nginget soal yang pernah aku kerjain. Sampe sekarang, soal itu masih nyelip di papan dada aku dan ga pernah aku sentuh. 

Aku nunggu pengumuman tanggal 28, sambil berdoa dan lain sebagainya. Aku bisa bilang ga ada yang spesial dari ibadah aku karena aku tau, orang lain juga punya harapan yang sama. Yap, dikasih yang terbaik. Tapi sesering mungkin aku minta doa ke orang orang.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Skip awal dan pertengahan Juni, sekarang kita ceritain 28 Juni. Sebenernya, aku udah nyiapin mental kalo aku ga keterima. Aku tau pilihan aku ga realistis dan aku juga tau aku ga belajar maksimal. Tapi tetep aja, semua ini ngebuat aku degdegan. 

Paginya, aku pergi ke rumah sakit buat terapi fisio kayak biasa, dilanjut ke sekolah buat ngambil ijazah, sekalian legalisasi. Aku masih ada di sekolah sampe jam 1. Jam 1 aku udah off dan ga bales chat atau apa pun dari hp aku. Aku udah punya utang buat ngasih kabar baik ke beberapa orang huft. Serasa agak beban yap.
___

Jam 2 man. Aku ga bener-bener buka jam 2 sih. Pas jam 2 servernya penuh dan aku akhirnya searching server lain. Aku pilih untan soalnya aku sendiri ga tau untan itu dimana dan pasti lebih sepi dari yang lain. Oh boy! Pilihan aku tepat, untan super cepet loadingnya. Aku masukin no. Peserta dan tanggal lahir aku, tapi aku ga berani buat ngeklik tombol "cari". Jadi, aku minta ibu aku buat ngeklik tombol itu sedangkan aku sembunyi di belakang bantal for some reason yang aku juga ga tau kenapa.

Woa. Masuk di pilihan ketiga. SAPPK. Woa. WOAA. Aku bingung tapi bersyukur di tempat. Allah ternyata ngasih jalan lain buat aku. Pilihan ke-3. Bro. Pilihan yang paling ga bisa aku visualisasiin. Pilihan yang lebih kecil kemungkinan keterimanya daripada pilihan kedua. Wow. I'm feeling lucky.

Now the truth is, aku ga pernah ceritain plan ketiga aku ke siapa-siapa, soalnya aku sendiri belum yakin soal plan ini. Semua tentang SAPPK sendiri masih blurry di pikiran aku.

Dan mungkin, aku juga masih pengen belajar psikologi walaupun aku ga pernah berani jadi psikolog. Hari dimana aku daftar SBMPTN aku bingung buat pilihan. Aku super takut buat milih psikologi. Mungkin kalo taun depan aku ga bakal takut lagi,taun depan aku bakal coba psikologi. Tapi rencana aku kalo aku gagal ternyata ga kepake. Yap. SAPPK it is.  

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Aku milih fakultas di SBMPTN berdasarkan minat bakat aku. Aku pilih STEI gara-gara aku mau masuk teknik informatika atau sistem informasi, dengan rencana yang aku udah susun buat ke depan-depannya. FTMD, aku pilih soalnya aku emang tertarik dengan teknik mesin, yang rencananya aku bakal belajar coding di luar kalo aku masuk sini. Aku juga baru ngereveal kalo aku mau masuk sini beberapa hari sebelum SBMPTN.

Yang terakhir, SAPPK. Aku sebenernya masih ga terlalu yakin sama ini. Aku tertarik sama plano soalnya yap, planning. Selama ini aku suka planning dan sebagian isi dari cerita ini adalah planning. Sebenernya aku pengen hidup aku berbau teknologi dan komputer tapi, planning juga ga apa-apa i guess... dan memang, aku dikasihnya disini, so aku bakal coba untuk masuk planologi.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

In the end, roller coaster pembelajan aku kelas 12 dikasih  hasil. Aku ga bisa bilang ini yang paling aku pengenin tapi mungkin ini yang terbaik? Who knows. God only knows.

Oh iya, mungkin ini terlalu over shared information tentang aku. Tapi, ini cerita lama yang aku butuh buat review dan evaluasi. You know, im not revealing anything more than "this is my story" and no one could use this information for some kind of "menjatuhkan aku". Really aku udah ngefilter semua ini. Jadi buat para readers, semoga kalian suka sama apa yang aku tulis, semoga kata-kata aku ga menyinggung, dan

Thanks for reading.

FBZ 2016

Kamis, 07 Juli 2016

The Notebook: #9 I know how this ends - I just forgot how it started.

Tunnel ini seperti tidak berujung. Jalan satu arah yang aku tahu bahwa berbalik arah bukanlah pilihan. Aku sudah berjalan sejauh ini dengan berbagai perjuangan untuk sampai ke titik ini, mana mungkin aku dengan gampangnya membuang apa yang aku raih? Selain itu, harga untuk mencapai titik ini tidaklah murah. Jadi, mua tak mau aku harus melanjutkan ini.

Mungkin aku akan mendapatkan hadiah di ujung tunnel ini?

Aku terus-terusan menelusuri tunnel ini. Pada awalnya aku tertarik dan semangat, mengira setiap bagian dari tunnel ini adalah penjelajahan seru. Setelah bertahun-tahun, aku mengerti, tunnel ini menuju satu titik. Titik akhir yang didapatkan sama oleh semua orang, bagaimanapun orang tersebut. Tapi, sekali lagi mau tak mau aku tidak punya pilihan selain melanjutkan tunnel ini.

Aku mulai bosan dengan semua ini. Tunnel ini menutup berbagai kemungkinan dan hanya membiarkanku dengan beberapa pilihan. Bagaimana aku bisa tahu hasil terbaik bila aku bahkan tidak tahu pilihan terbaik. Tunnel ini membiarkan aku menelusuri berbagai pilihan mediocre, yang juga dipilih ratusan ribuan jutaan orang lainnya. Mungkin akan lebih mudah untuk memberi pilihan bila aku sama dengan orang lain? Cukup cerdas, tunnel.

Bertahun-tahun lamanya aku menelusuri tunnel ini, dan aku menemukan kesimpulan yang menarik. Tunnel ini, hidup ini, akan berakhir pada kematian. Aku tahu semua orang akan menemukan kematiannya sendiri. Namun, kapan aku memulainya? Jika kehidupan ini berujung kematian, kapan aku mulai hidup? Kapan aku mulai merasakan perasaan benar-benar hidup? Kapan aku merasakan kebebasan? Kapan aku bisa memilih jalanku sendiri?

Aku hidup seperti robot tak berjiwa, mengikuti arus bernama sosialita. Ketika baik buruk dinilai oleh media massa. Dan akhirnya segala jenis originalitas dimakan ide ideal bagaimana kehidupan seharusnya. Apa kah aku hidup? Atau kah dari awal aku memulai, aku sudah mati?
Bagaimana kah hidup itu? Dan bagaimana rasanya menjadi hidup?

Jika hidup berakhir kematian, dan berawal kehidupan, aku lupa rasanya hidup. Atau, kesimpulanku, aku sudah mati dari awal.

The Notebook: #7 I live in the shadows; no one sees me and no one knows my name.

Aku
Aku adalah musuh terbesarmu
Aku adalah mimpi buruk terbaikmu
Aku adalah harapanmu, perjuanganmu, keinginanmu
Aku adalah penggerak semua kelakuan yang kau lakukan tanpa akal sehatmu
Atau sewaktu-waktu
Aku sangat cerdik aku membuat ini terlihat seperti masuk di logikamu
Aku menjatuhkanmu dan kemudian mengatakan ini semua akan berakhir bahagia dan kau harus terus mencoba
Aku bersembunyi dibalik semua kata bermakna dan membuatmu bersemangat untuk melakukan tindakan bodohmu
Dan bahkan
Kau tidak tahu bahwa aku musuhmu
Lucu, bukan?
Aku begitu berkuasa
Aku bisa membunuhmu jika aku mau
Walaupun hanya jiwamu, tubuhmu juga sebenarnya tidak berharga untukku
Dan kau
Tidak bisa sedikitpun melakukan apa-apa tentangku
Lalu siapa kah aku?
Aku yang mengendalikanmu
Aku yang mengatur mana yang baik mana yang buruk
Aku yang dikenal dan dipuja tanpa orang-orang tahu sisi burukku
Aku adalah…

The Notebook: #8 Some people are meant to fall in love with each other - but not meant to be together.

Aneh, bukan? Dunia punya jalannya untuk bekerja. Aku disini mengetik tulisan ini. Dan kau disana dengan aktivitasmu.
Takdir. Mungkin ini yang namanya takdir. Ketika kita bertemu dan saling mengenal. Ketika sapaan dingin orang asing berubah menjadi canda tawa saling mengerti.
Perasaan. Sebuah kebohongan besar jika semua ini tidak menimbulkan perasaan padaku. Atau padamu. Mungkin. Aku tidak tahu. Namun kau menerimaku apa adanya dan aku pun nyaman menjadi diriku di dekatmu. Apa kah perasaan ini?
Takut. Aku takut kehilanganmu, mungkin kau juga seperti itu. Rasa bahagia saat kita bersama satu-persatu mulai hilabg karen waktu. Mungkin itu lah alasan kita bersama, kita ingin terus menghidupkan kebahagiaan itu. Mungkin itu lah alasan kita bersama, kita takut kehilangan kebahagiaan kita.
Kenangan. Memori bangkit satu-persatu. Mengatakan “Hai ingat ini? Hai ingat itu?” Sayangnya memori menimbulkan perasaan bagi mereka yang mengingatnya. Kenangan ini akan membangkitkan senyuman, dalam satu kondisi, jika aku bersama kamu, mengingat pengalaman bodoh kita.
Hidup. Hidup ini kompleks. Dihuni oleh enam miliar orang dengan tujuan dan keinginannya masing-masing. Dan seseorang tidak bisa dengan mudah mendapatkan yang dia inginkan, walaupun itu hanya kebersamaan. Terkadang, walau kita berusaha, keinginan kita tidak akan tercapai.
Takdir. Mungkin ini yang namanya takdir. Ketika kita bertemu dan saling mengenal. Ketika sapaan dingin orang asing berubah menjadi canda tawa saling mengerti. Ketika kita tahu walaupun kita tidak ingin, kita harus berpisah. Ketika kita tahu bahwa kita tidak bisa bersama.