Pecahan. Bagian-bagian. Fraksi.
Untukku, memori adalah fraksi. Lebih tepatnya, fraksi dari sebuah cermin. Tapi cermin ini bukan cermin biasa. Ia menyimpan semua yang ia telah lihat, dan terkadang mengingatkan kita kepada apa yang kita pernah lihat. Namun, tidak ada hal yang abadi di dunia ini. Cermin ini mempunyai musuh. Mari kita sebut dia dengan nama ”waktu”. Semakin waktu berlalu, semakin retaklah sang cermin.
Menjadi ratusan, ribuan, bahkan jutaan fraksi.
Fraksi cermin ini sangat tipis dan rapuh. Semua hal kucoba untuk menyatukannya kembali menjadi suatu bagian utuh. Namun, siapa aku untuk melawan waktu? Waktu yang dapat menghancurkan apa pun. Waktu yang dapat dengan dinginnya menghembuskan fraksi ini semakin jauh dariku, sehingga aku mulai kehilangan fraksi-fraksiku.
Namun, kita manusia adalah makhluk tuhan yang paling sempurna, kan? Kita tidak mungkin begitu saja menyerah melawan waktu walaupun kita tahu kita akan kalah. Setiap fraksi ini menyimpan perasaan. Entah itu satu, dua, atau berbagai perasaan yang saling bercampur. Perasaan yang dapat menguatkan kembali fraksi yang sudah hampir menghilang. Atau bahkan mengembalikan fraksi yang sudah hancur berkeping-keping. Perasaan, baik rindu, senang, sedih, kesepian, bahagia, bingung, ataupun ratusan perasaan lainnya yang dapat dijelaskan dengan kata-kata atau tidak, dapat menguatkan cerminan ingatan kita. Mengembalikan cerminan ingatan, bukan hanya sekali, namun berkali-kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar