Ramalan Maltus Salah, Indonesia dan Asia Akan Bangkit
Pada
era 80-an, orang meyakini bahwa pada akhir abad 21, Jepang akan mengambil alih
peran AS sebagai pusat ekonomi terbesar dunia. Tapi Jepang gagal. China-lah
yang mengambil alih.
Ilustrasi perekonomian dan populasi
penduduk dunia
Singapura, POL
DULU,
Robert Maltus yang terkenal itu meramalkan bahwa manusia akan menghadapi
masa-masa gelap dimana populasi akan tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan
produksi makanan. Konsekuensinya, kelangkaan pangan tak bisa dihindari.
“Kita
semua tahu kalau Maltus salah. Kelaparan bukanlah masalah hari ini, tapi
obesitas-lah masalahnya. Orang-orang cenderung mengonsumsi banyak kalori karena
tersedia dan terjangkau. Harga kalori pun turun secara periodic,” ujar Wakil
Presiden Republik Indonesia (2004-2009), HM Jusu Kalla di Singapore Summit
2013, Sabtu (21/9/2013).
Dulu,
lanjutnya, orang juga khawatir tentang populasi. Tapi menariknya, beberapa
negara sekarang menghadapi tantangan rendahnya angka fertilitas dan naiknya
populasi orang tua. Populasi Jepang dan Russia misalnya, akan menurun drastis
di masa mendatang.
Pada
era 80-an, orang meyakini bahwa pada akhir abad 21, Jepang akan mengambil alih
peran AS sebagai pusat ekonomi terbesar dunia. Tapi Jepang gagal. China-lah
yang mengambil alih.
Sampai
dua tahun terakhir, orang-orang terkesan dengan performa ekonomi dari
negara-negara BRIC. BRIC diasosiasikan dengan masa depan yang besar. Banyak
negara yang iri karena tak jadi bagian BRIC.
“Namun
hari ini, Brazil, Russia, Indoa dan China dalam masalah. Tak menjadi bagian
BRIC akhirnya oke-oke saja,” katanya.
Sementara
Indonesia, menurut JK, merupakan negara Asean satu-satunya di G-20 merupakan
sebuah negara yagn populasinya, tanahnya, dan PDB-nya merepresentasikan 40%
dari total Asean.
Dua
dekade sebelum krisis 1998, ekonomi Indonesia tumbuh 8% per tahun. Setelah
krisis, angka ini menurun menjadi 5% per tahun. Perlu hampir satu dekade bagi
Indonesia untuk bangkit.
“Krisis
tersebut membuat kami menyadari bahwa meskipun pertumbuhan adalah penting,
keberlanjutan adalah lebih diperlukan. Pertumbuhan PDB 5% yang solid lebih baik
daripada 10% tapi tak bisa berlanjut,” ucap JK.
Baru-baru
ini, lanjutnya, Indonesia mengalami defisit perdagangan, defisit anggaran, dan
depresiasi mata uang. Dalam observasinya, masalah indonesia dimulai dengan
menurunnya harga komoditi dunia. Sekitar 60% dari total ekspor indonesia adalah
komoditas; defisit perdagangan dan depresiasi Rupiah menjadi konsekuensinya.
“Untungnya,
kami punya sistem dan institusi keuangan yang kuat. Keduanya sangat membantu
negara ini untuk mengendalikan permasalahan ekonomi secara efektif. Saya yakin
indonesia akan bisa menangani permasalahan ekonomi ini dengan baik,” tandasnya.
Faktanya,
ini akan menjadi sebuah titik balik bagi indonesia untuk megelola momentum
ekonomi ini dengan melakukan hal-hal berikut: Pertama, mengurangi
kebergantungan ekspor komoditas, Kedua, mempercepat proses industrialisasi,
Ketiga, mempebaikin tata pemerintahan dan mengurangi korupsi, Keempat,
meningkatkan pembangunan infrastruktur agar daya kompetitif ekonomi bisa
dipromosikan.
JK
menyimpulkan, Indonesia sudah pada jalurnya untuk mencapai kemakmuran. Jalur
ini tak akan mudah dilalui. Yang diperlukan adalah bekerja dengan keras dan
cerdas. Seperti kemajuan di Asia, kemajuan di Indonesia bukanlah fiksi, tapi
realitas.
“Indonesia
yang makmur itu penting bukan hanya bagi 240 juta penduduknya, tapi juga bagi
lebih dari 600 juta orang di kawasannya,” pungkasnya. POL
http://ekonomi-bisnis.pelitaonline.com/news/2013/09/22/ramalan-maltus-salah-indonesia-dan-asia-akan-bangkit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar