Pages

Minggu, 19 Mei 2013

PERUBAHAN GAYA BERBAHASA DI MASYARAKAT makalah IPS kelas 3 (Perubahan Sosial) | Shattered Stories



KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelsaikan makalah ini, yang Alhamdulillah telah selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas perubahan sosial yang berkaitan dengan cara berbahasa masyarakat saat ini, yang sayangnya telah memberikan banyak dampak negatif bagi masyarakat sendiri, terutama anak-anak dan remaja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 8 November 2012
   Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan hal yang tak dapat lepas dari manusia karena bahasa merupakan media komunikasi setiap makhluk hidup. Di dunia ini terdapat banyak bahasa yang sangat beragam berdasarkan daerah masing-masing.
            Indonesia adalah Negara yang besar. Negara yang terdiri dari ribuan pulau, suku bangsa, budaya, dan bahasa yang berbeda-beda. Karena keberagaman bahasa tersebut, maka lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
            Seiring berjalannya waktu, gaya bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Bahkan sekarang di masyarakat telah tersebar bahasa baru yang bermacam-macam, diantaranya adalah bahasa alay, bahasa gaul, dan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa-bahasa tersebut sekarang sudah menjadi bahasa yang dipergunakan sehari-hari oleh masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja.
            Bahasa-bahasa baru ini terbentuk—biasanya, dari singkatan-singkatan dari beberapa kata yang dijadikan satu kata untuk mempermudah seseorang dalam berbahasa. Bahasa baru ini juga terbentuk dari perubahan-perubahan huruf yang terdapat dalam sebuah kata.
            Kejadian ini tentu dilatarbelakangi oleh kemajuan teknologi yang sudah sangat pesat. Masyarakat sekarang diharuskan untuk menyingkat kata-kata yang akan digunakan dalam pesan singkat ataupun jejaring sosial. Namun karena hal ini lah kebiasaan menyingkat-nyingkat bahasa dan istilah-istilah baru sudah melekat pada diri masyarakat.
            Memang tidak salah jika semua orang ingin mempermudah dalam berbahasa. Bahkan ini merupakan suatu perubahan yang positif, karena masyarakat dapat dengan mudah berbahasa. Tapi tentu dibalik sisi positif, masih ada dampak negatif.
            Lihatlah beberapa istilah baru yang sedang popular di masyarakat. Ada beberapa kata yang bertujuan untuk menjelekkan dan/atau merendahkan seseorang. Dan tak asing lagi jika kita mendengar anak-anak kecil setingkatan taman kanak-kanak atau sekolah dasar menggunakan kata-kata tersebut dengan seenaknya kepada temannya, kakak kelasnya, tetangganya, adiknya, atau bahkan guru dan orangtuanya. Hal tersebut tidak mustahil untuk terjadi, karena memang itulah yang sudah terjadi.

B.     Rumusan Masalah
»        Mengapa anak-anak dapat menjadi seperti itu?
»        Apakah orang tua mereka, ataupun orang yang lebih tua dari mereka tidak mengingatkan atau bahkan melarang mereka untuk tidak mengatakan istilah-istilah yang kurang sopan kepada yang lebih tua?
»        Bagaimana semua istilah dan bahasa baru itu dapat dengan mudahnya menyebar dan melekat pada diri masyarakat?
»        Adakah pengaruhnya terhadap masa depan bangsa?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
Tujuan dari pembahasan dari permasalahan ini adalah untuk mengetahui dan mengupas lebih lanjut mengapa dan bagaimana perubahan kebiasaan berbahasa di masyarakat dapat terjadi, bagaimana dampaknya, dan hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif  dari perubahan gaya berbahasa masyarakat.







D.    Manfaat Pembahasan
Manfaat yang dapat diambil dari pembahasan adalah kita dapat menyadari dan menyaring  hal kecil apa saja yang patut dan tidak patut untuk digunakan dalam berbahasa sehari-hari, serta tahu dimana dan kepada siapa kita dapat bicara dengan bahasa yang sudah menjadi modern dan bahasa seperti apa yang boleh digunakan.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prosedur Pembahasan
1.      Objek Pembahasan
Gaya berbahasa yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Objek utama dari permasalahan ini adalah pelajar.  Pelajar, dalam kehidupan sehari-harinya, sering menggunakan bahasa yang disebut “alay”, “gaul” dan lain-lain, bahasa tersebut  semakin sering digunakan, dan tanpa disadari, bahasa-bahasa tersebut adalah bahasa-bahasa yang kurang santun bahkan seharusnya tidak diucapkan karena berkesan mengejek.
Berdasarkan hasil observasi, kami menemukan bahwa 100 % pelajar menggunakan bahasa gaul. Tentunya, walau menggunakan bahasa gaul, masih ada diantara mereka yang menggunakan bahasa yang sopan.

2.      Instrumen Pembahasan
Perubahan sosial, adalah hal yang tak bisa lagi dihindari. Sesuai dengan perkembangan zaman, kebutuhan dan cara hidup manusia semakin mengingkat. Sebelum membahas permasalahan tentang “perubahan gaya berbahasa pada masyarakat” ada baiknya kita mengetahui dasar dari permasalahan ini, yaitu perubahan sosial.
Pengertian perubahan sosial masih belum dapat dipersatukan. Para ahli masih memiliki perbedaan pendapat tentang definisi dari permasalahan ini. Oleh karena itu, kami akan menyajikan definisi perubahan sosial dari beberapa ahli.


1.      William F.Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial”.
2.      Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”.
3.      MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
4.      JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat”.
5.      Samuel Koenig mengatakan bahwa “perubahan sosial menunjukkan pada modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia”.f. Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.



Setelah mempelajari definisi dari perubahan sosial, diketahui bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kadang, perubahan ini terus terjadi tanpa kita sadari. Karena itu, untuk memperdalam pengetahuan tentang perubahan sosial, berikut teori-teori tentang perubahan sosial.
1.      Teori Evolusi
Perspektif ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan waktu yang cukup lama atau proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Dari perspektif ini akhirnya melahirkan bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut adalah unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
        i.            Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat, termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini di antaranya adalah Auguste Comte dan Herbert Spencer.
      ii.            Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.





    iii.            Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya melakukan penelitian tentang perubahan pola hidup dari masyarakat tradisional yang memiliki pola pikir religio-magic ke masyarakat industri yang memiliki pola pikir realistis-praktis.

2.      Teori Konflik
Perspektif ini menjelaskan bahwa pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Sumber yang paling penting dalam perubahan sosial menurut perspektif ini adalah konflik kelas sosial di dalam masyarakat. Perspektif ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial merupakan dua hal yang selalu melekat pada struktur masyarakat. Perspektif ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap ada dalam suatu masyarakat adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Mengapa? Karena perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Mengingat konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam perspektif konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara umum, perspektif konflik berpandangan bahwa perubahan sosial di masyarakat terjadi karena faktor-faktor berikut ini.
        i.            Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
      ii.            Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
    iii.            Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
    iv.            Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.
      

3.      Perspektif Fungsionalis
Konsep yang berkembang dari perspektif ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung perspektiffungsionalis untuk menjelaskan bahwa pada dasarnyaperubahan sosial itu tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsurkebudayaan dalam masyarakat. Menurut perspektif ini,beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangatcepat, sementara unsur yang lainnya berubah sangat lambat, sehingga tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur yang berjalan sangat cepat tersebut. Unsur yang berubah sangat cepat umumnya yang berhubungan dengan kebudayaan materiil, sedangkan unsur yang berubah secara perlahan atau lambat adalah unsur yang berhubungan dengan kebudayaan nonmateriil. Dengan demikian, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Akibatnya muncul kesenjangan sosial dalam masyarakat atau yang dikenal dengan istilah cultural lag.
Misalnya pengrusakan terhadap telepon umum. Telepon umum sebagai fasilitas umum sangat efektif untuk melakukan komunikasi, sehingga sudah selayaknyalah dirawat dan dijaga. Kenyataannya, banyak telepon umum yang justru dirusak oleh masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat terjadi cultural lag, di mana alam pikiran manusia (nonmateriil) tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan atau kemajuan teknologi (materiil).
Para penganut perspektif ini lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat maka dapat dikatakan bahwa perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi jika terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, maka perubahan itu akan ditolak. Tokoh dari perspektif ini adalah William Ogburn.
Pandangan perspektif fungsionalis dalam melihat suatu perubahan sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
        i.            Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
      ii.            Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
    iii.            Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
    iv.            Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.

4.      Teori Siklis
Menurut perspektif ini, suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Hal ini karena dalam setiap masyarakat sudah terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Perspektif ini berpandangan bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan suatu perubahan sosial itu akan membawa kemunduran, atau sebaliknya perubahan sosial akan membawa ke arah yang lebih baik.
Adapun beberapa bentuk Teori Siklis yang lahir dari perspektif ini adalah sebagai berikut:
        i.            Teori Oswald Spengler (1880–1936)
Menurut Spengler, setiap peradaban besar itu mengalami proses pentahapan mulai dari kelahiran, pertumbuhan, dan akhirnya keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun
      ii.            Teori Pitirim A. Sorokin (1889–1968)
Dalam teorinya, Sorokin berpendapat bahwa semua peradaban besar itu berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
2.      Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3.      Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

    iii.            Teori Arnold Toynbee (1889–1975)
Peradaban besar menurut pandangan Toynbee berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan, kecuali peradaban Barat yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.
Setelah mempelajari permasalahan dari perubahan sosial, dapat diketahui bahwa salah satu permasalahan sosial yang saat ini dihadapi adalah perubahan gaya bahasa. Memang, hal ini termasuk sepele, tapi jika tidak diperhatikan, masalah ini akan semakin membesar dan akan menghancurkan moral para penerus bangsa. Oleh karena itu, kami membahas topik ini untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan gaya bahasa.
Selama waktu pengamatan, kami mengamati dan melakukan observasi terhadap masyarakat, baik secara langsung di kehidupan nyata maupun dalam kehidupan berjejaring sosial.  
Awalnya kami memperhatikan gaya berbahasa dari beberapa orang pelajar dan pengguna jejaring sosial twitter, lalu kami membandingkan bahasa yang digunakan oleh mereka. Dari hasil yang kami amati, beberapa pelajar yang kebanyakan menggunakan jejaring sosial menggunakan bahasa yang sedang popular di jejaring sosial. Mereka menggunakan bahasa tersebut dominannya terhadap teman-temannya. Tapi tak dapat disangkal bahwa beberapa dari mereka menggunakan bahasa tersebut kepada guru, meskipun bahasa yang mereka gunakan lebih sopan, tapi hal tersebut memang agak jarang ditemukan.
Setelah mengamati secara langsung, kami mengamati para pelajar langsung dari jejaring sosial. Di jejaring sosial mereka lebih banyak menggunakan istilah-istilah baru lebih banyak daripada dalam kehidupan nyata. Hal itu terjadi karena di jejaring sosial mereka lebih bebas menggunakan dan mengkreasikan kata dan huruf secara acak.
Maraknya penggunaan jejaring sosial, pesan singkat, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang sangat mudah didapat dan digunakan masyarakat, juga harganya yang murah dan terjangkau segala kalangan. Bahkan Indonesia merupakan Negara keempat terbanyak pengguna situs jejaring sosial. Sepertinya kebanyakan waktu yang dihabiskan oleh masyarakat Indonesia adalah untuk menggunakan jejaring sosial.
Karena hal itulah berbagai bahasa dan istilah baru bermunculan di masyarakat. Karena kebanyakan jejaring sosial dan pesan singkat membatasi karakter yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Mungkin awalnya pencetus istilah baru itu hanya menggunakan istilah-istilah seperti itu dalam kelompoknya. Namun karena jejaring sosial banyak digunakan dan sangat mudah pula untuk digunakan, bahasa dan istilah baru itu menyebar ke masyarakat sesama pengguna jejaring sosial, yang biasanya merupakan remaja. Kebanyakan remaja menganggap jika orang yang menggunakan bahasa-bahasa itu patut dicontoh karena sangat bagus dan menarik. Jika mereka tidak menggunakan gaya bahasa tersebut orang-orang akan memanggilnya dengan “kampungan”, “norak”, dan “ketinggalan zaman”, sehingga hampir seluruh remaja menggunakan gaya bahasa baru tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu saja di lingkungan remaja ada keluarga. Dan yang menjadi sasaran utama adalah anak-anak. Entah itu adik, sepupu, tetangga, atau apapun.  Anak-anak mudah terpengaruh oleh apapun yang berada di hadapannya kemudian menirukannya.
Masa kanak-kanak merupakan masa bermain. Itu artinya setelah gaya bahasa baru ini menyebar ke beberapa anak, saat mereka bermain mereka akan saling berbagi pengetahuan tentang gaya bahasa baru yang sedang menjadi tren.
Ironisnya, gaya bahasa dan istilah-istilah baru ini tidak semuanya cocok untuk anak-anak. Sedangkan penyebaran dan pembiasaan berbahasa seperti ini sangat sulit dihindari. Biasanya cara berbahasa seperti ini tersebar saat beberapa orang sedang melakukan percakapan kecil, dan kemudian seseorang melontarkan suatu istilah. Tentunya orang yang belum mengetahui artinya akan bertanya makna di balik istilah tersebut, dan saat tahu artinya mereka langsung menggunakan saat melanjutkan percakapan yang sempat terpotong. Selanjutnya anak yang baru saja mengetahui istilah baru tersebut akan membagikannya kepada keluarga dan keraba-kerabatnya yang lain.
Begitulah cara kerja istilah-istilah dan bahasa baru dapat tersebar luas dan menjadi kebiasaan masyarakat yang sudah paten dan sulit untuk dihilangkan.
Kebanyakan, bahasa-bahasa baru ini kurang sopan dan tidak baik untuk dikatakan anak-anak, dan bertujuan untuk mengatai orang lain. Tidak aneh lagi jika banyak anak-anak, atau remaja, atau siapapun, untuk menggunakan bahasa-bahasa baru untuk menghina orang lain, tanpa memikirkan perasaan orang yang dikatainya. Hal ini sudah sangat sering dan sangat mudah dijumpai di masyarakat. Seakan-akan masyarakat sudah terbiasa menghina orang lain.
Dan bukan hal aneh lagi jika anak-anak atau remaja mengatai orang yang lebih tua dari mereka dengan istilah-istilah baru itu. Tapi kebanyakan orang tua tidak terlalu mempermasalahkan dan menganggap ini adalah hal yang biasa, mengatakan mereka “cuma anak-anak” yang dianggap belum mengerti apapun. Padahal, karena anak-anak belum mengerti apapun, seharusnya mereka dijaga dari hal-hal negatif yang sepertinya sepele ini. Dengan kebiasaan seperti itu malah akan membentuk suatu karakter yang jelek dalam diri anak. Karakter sombong, egois, dan ingin menang sendiri.
Tanpa disadari, hal sekecil inilah yang bisa mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa di masa depan. Jika semua generasi penerus bangsa memiliki sifat-sifat seperti itu, bagaimana sistem pemerintahan dapat berjalan dengan lancar?
Selama waktu pengerjaan tugas, kami juga mencoba memilah berbagai macam bahasa yang termasuk kedalam bahasa gaul dan alay. Memang, kedua bahasa tersebut bisa dibilang masih layak digunakan, tapi, terkadang bahasa tersebut digunakan untuk mencemooh orang lain. Sangat berbeda dengan bahasa di zaman sebelum internet mulai terkenal.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari penggunaan bahasa, diharapkan orang tua lebih memantau anak-anaknya, karena pada usia remaja mereka sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang mereka anggap menarik. Sebagai pelajar, mereka mempunyai tuntutan untuk mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, hal-hal baru yang mereka terima harusdisaring dan dipilah agar moral mereka tidak rusak.

B.     Waktu Dan Tempat Pembahasan
1.      Waktu Pembahasan
Pembahasan dilakukan mulai dari hari Jum’at, 2 November 2012 s.d. hari Senin, 5 November 2012  mencakup waktu saat istirahat, pulang sekolah, dan waktu-waktu lain dimana pelajar bisa berbicara dengan santai. Kami juga melakukan observasi saat waktu belajar, untuk membandingkan penggunaan bahasa pada beberapa sampel pelajar yang telah dipilih.






2.      Tempat pembahasan
Pengamatan bertempat di lingkungan masyarakat dan sekolah.  Lingkungan sekolah dan sekitarnya biasanya merupakan tempat bagi para pelajar untuk mengaplikasikan bahasa sehari-harinya. Ketika di ruang kelas, pelajar kemungkinan menggunakan bahasa baku, dan tidak menggunakan bahasa gaul, karena hal itu bisa dianggap  tidak sopan.
















BAB III
Kesimpulan
A.    Hasil Pembahasan
Perubahan gaya bahasa di Indonesia telah terjadi, dan hal ini memang tak dapat dihindari. Sisi positif dari perubahan bahasa ini adalah bahasa yang telah dimodernkan lebih mudah digunakan walau kadang-kadang menyusahkan lawan  bicara. Sisi negatif
B.     Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan  ini adalah gaya berbahasa masyarakat saat ini memang praktis, tapi terlalu banyak memiliki sisi negatif, karena cara berbahasa yang baik dan sopan merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup bangsa di masa depan.

C.    Saran
            Sebaiknya pihak keluarga maupun sekolah lebih menekankan kepada anak-anak dan remaja, khususnya pelajar, untuk lebih menyaring hal apa saja yang patut untuk digunakan dalam berbahasa, tetapi tetap menjaga sopan santun jika berbicara kepada yang lebih tua maupun atasan. Karena hal yang besar itu tentunya dimulai dari hal kecil yang kadang kurang diperhatikan. Dengan melatih para penerus bangsa agar berbahasa dengan benar dan sopan akan menimbulkan sikap positif dan rasa cinta terhadap tanah air, menghargai pendapat orang lain, juga menghormati sesama. Dan hal-hal tersebut-lah awal dari kesuksesan masa depan bangsa, karena prilaku generasi muda sekarang merupakan cermin keadaan bangsa di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar