Pages

Minggu, 01 Desember 2013

Ekonomi Global Akan Bangkit | Shattered Stories

Ramalan Maltus Salah, Indonesia dan Asia Akan Bangkit
Pada era 80-an, orang meyakini bahwa pada akhir abad 21, Jepang akan mengambil alih peran AS sebagai pusat ekonomi terbesar dunia. Tapi Jepang gagal. China-lah yang mengambil alih.
Minggu, 22 September 2013 13:40 hsn I hrm|Description: http://ekonomi-bisnis.pelitaonline.com/images/a-.pngDescription: http://ekonomi-bisnis.pelitaonline.com/images/a+.png
Description: Ramalan Maltus Salah, Indonesia dan Asia Akan Bangkit
Ilustrasi perekonomian dan populasi penduduk dunia
Singapura, POL
DULU, Robert Maltus yang terkenal itu meramalkan bahwa manusia akan menghadapi masa-masa gelap dimana populasi akan tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan produksi makanan. Konsekuensinya, kelangkaan pangan tak bisa dihindari.
“Kita semua tahu kalau Maltus salah. Kelaparan bukanlah masalah hari ini, tapi obesitas-lah masalahnya. Orang-orang cenderung mengonsumsi banyak kalori karena tersedia dan terjangkau. Harga kalori pun turun secara periodic,” ujar Wakil Presiden Republik Indonesia (2004-2009), HM Jusu Kalla di Singapore Summit 2013, Sabtu (21/9/2013).
Dulu, lanjutnya, orang juga khawatir tentang populasi. Tapi menariknya, beberapa negara sekarang menghadapi tantangan rendahnya angka fertilitas dan naiknya populasi orang tua. Populasi Jepang dan Russia misalnya, akan menurun drastis di masa mendatang.
Pada era 80-an, orang meyakini bahwa pada akhir abad 21, Jepang akan mengambil alih peran AS sebagai pusat ekonomi terbesar dunia. Tapi Jepang gagal. China-lah yang mengambil alih.
Sampai dua tahun terakhir, orang-orang terkesan dengan performa ekonomi dari negara-negara BRIC. BRIC diasosiasikan dengan masa depan yang besar. Banyak negara yang iri karena tak jadi bagian BRIC.
“Namun hari ini, Brazil, Russia, Indoa dan China dalam masalah. Tak menjadi bagian BRIC akhirnya oke-oke saja,” katanya.
Sementara Indonesia, menurut JK, merupakan negara Asean satu-satunya di G-20 merupakan sebuah negara yagn populasinya, tanahnya, dan PDB-nya merepresentasikan 40% dari total Asean.
Dua dekade sebelum krisis 1998, ekonomi Indonesia tumbuh 8% per tahun. Setelah krisis, angka ini menurun menjadi 5% per tahun. Perlu hampir satu dekade bagi Indonesia untuk bangkit.
“Krisis tersebut membuat kami menyadari bahwa meskipun pertumbuhan adalah penting, keberlanjutan adalah lebih diperlukan. Pertumbuhan PDB 5% yang solid lebih baik daripada 10% tapi tak bisa berlanjut,” ucap JK.
Baru-baru ini, lanjutnya, Indonesia mengalami defisit perdagangan, defisit anggaran, dan depresiasi mata uang. Dalam observasinya, masalah indonesia dimulai dengan menurunnya harga komoditi dunia. Sekitar 60% dari total ekspor indonesia adalah komoditas; defisit perdagangan dan depresiasi Rupiah menjadi konsekuensinya.
“Untungnya, kami punya sistem dan institusi keuangan yang kuat. Keduanya sangat membantu negara ini untuk mengendalikan permasalahan ekonomi secara efektif. Saya yakin indonesia akan bisa menangani permasalahan ekonomi ini dengan baik,” tandasnya.
Faktanya, ini akan menjadi sebuah titik balik bagi indonesia untuk megelola momentum ekonomi ini dengan melakukan hal-hal berikut: Pertama, mengurangi kebergantungan ekspor komoditas, Kedua, mempercepat proses industrialisasi, Ketiga, mempebaikin tata pemerintahan dan mengurangi korupsi, Keempat, meningkatkan pembangunan infrastruktur agar daya kompetitif ekonomi bisa dipromosikan.
JK menyimpulkan, Indonesia sudah pada jalurnya untuk mencapai kemakmuran. Jalur ini tak akan mudah dilalui. Yang diperlukan adalah bekerja dengan keras dan cerdas. Seperti kemajuan di Asia, kemajuan di Indonesia bukanlah fiksi, tapi realitas.
“Indonesia yang makmur itu penting bukan hanya bagi 240 juta penduduknya, tapi juga bagi lebih dari 600 juta orang di kawasannya,” pungkasnya. POL



http://ekonomi-bisnis.pelitaonline.com/news/2013/09/22/ramalan-maltus-salah-indonesia-dan-asia-akan-bangkit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar