Pages

Jumat, 13 Desember 2013

REVIEW BIOSHOCK INFINITE | Shattered Stories

Setelah tiga tahun berlalu sejak BioShock 2 dirilis, kini 2K Games kembali menghadirkan BioShock ketiga dengan judul BioShock Infinite. Gamenya sendiri tetap merupakan first-person shooter, namun kini pengembangannya kembali ditangani oleh Irrational Games, pengembang BioShock pertama yang tentu saja dipimpin oleh Ken Levine, sang pengembang System Shock 2.



Welcome to Columbia!
BioShock Infinite memang merupakan game ketiga, namun ceritanya benar-benar baru dan tidak merupakan bagian dari cerita BioShock pertama dan kedua. Dalam BioShock Infinite, kita akan berperan sebagai seorang mantan prajurit dan bekas agen Pinkerton bernama Booker DeWitt yang terbelit hutang. Pada tahun 1912, demi membebaskan diri dari hutang, DeWitt mengambil misi pergi ke Columbia untuk membawa seorang gadis bernama Elizabeth keluar dari kota tersebut dan kembali ke New York.

Columbia di sini bukanlah kota yang wajar, karena kota tersebut merupakan kota melayang di atas langit yang dikuasai oleh Father Comstock. Booker akhirnya terjerat dalam konflik di Columbia antara Founders yang dipimpin oleh Comstock dan Vox Populi yang dipimpin oleh Fitzroy, dimana dia menemukan bahwa Elizabeth ternyata memiliki kekuatan misterius yang bisa membuka pintu ke dimensi lain.

Jika kita lihat sekilas, BioShock Infinite tampil seperti sebuah game first-person shooter yang cukup standar. DeWitt bisa membawa dua senjata dan memiliki kekuatan supernatural bernama Vigor yang didapatkannya dari minuman ajaib. Kemampuan Vigor yang dimiliki oleh DeWitt juga ada banyak macam, mulai dari merasuki musuh untuk membantu kita, menyetrum lawan, melempar benda yang bisa meledak dan sebagainya. DeWitt juga bisa menggunakan berbagai gear untuk memperkuat dirinya.




Sebuah fps dengan kekuatan gaib
Kedengaran seperti first-person shooter standar dengan fitur ekstra bukan? Namun sebenarnya, BioShock Infinitebukanlah game shooter biasa, melainkan sebuah game yang bercampur antara modern dan klasik.

Modern karena DeWitt memiliki sebuah shield yang akan recharge jika tidak sedang diserang oleh musuh, dan klasik karena DeWitt memiliki sebuah health bar yang tidak bisa regenerate dan hanya bisa diisi dengan cara mengkonsumsi makanan dan berbagai healing items yang ditemukan di environment.

Jika pada jaman sekarang first-person shooter itu identik dengan multiplayer dimana single-player-nya merupakan sebuah koridor dengan berbagai cutscene berkualitas tinggi, BioShock Infinite dengan berani merubah semua itu dengan tidak menyediakan multiplayer dan memberikan sebuah game single-player yang terasa seperti game klasik dimana kita bisa memilih rute dengan bebas.

Hal ini ditambah dengan health bar tidak bisa regenerate, sehingga kita harus mengeksplorasi Columbia yang luas untuk mencari berbagai healing items, amunisi, salt (untuk menggunakan Vigor) serta uang untuk meng-upgrade Vigor dan senjata. Di pelosok Columbia tersedia berbagai vending machine yang menyediakan upgrade-upgrade tersebut, termasuk vending machine yang menyediakan health, salt dan peluru.




Handyman, musuh besar sekelas Big Daddy

Bukan BioShock namanya kalau tidak ada musuh sekelas Big Daddy, dan BioShock Infinite meskipun tidak ada musuh yang namanya Big Daddy, namun ada musuh yang sama besarnya untuk kita lawan, mulai dariHandymen sampai ke Motorized Patriot. Semuanya berbahaya untuk dilawan secara frontal.



Elizabeth membuka pintu ke dimensi lain.
Yang paling menarik dari BioShock Infinite adalah sang gadis yang diselamatkan oleh DeWitt, yaitu Elizabeth. Dia memiliki kemampuan untuk membuka pintu ke dimensi lain. Dengan kemampuannya itu, DeWitt bisa memanipulasi medan perang agar lebih menguntungkan untuk dirinya, misalnya di medan yang terbuka luas terkadang ada sobekan dimensi yang kalau dibuka oleh Elizabeth akan menjadi tempat untuk berlindung, supply senjata, turret dan sebagainya..

Berhubung kisah inti dari BioShock Infinite adalah mengantar Elizabeth, ini berarti sepanjang game kita akan dipaksa menjalankan escort mission. Tapi jangan khawatir, karena Elizabeth di sini tidaklah bodoh dan tidak pernah dalam bahaya sedikitpun. Hal ini disebabkan AI lawan hanya mau menembaki DeWitt saja dan tidak menganggap Elizabeth sebagai target. Selain itu, Elizabeth juga bisa membantu DeWitt dalam memberikan uang,salt, ammo bahkan health. Siapa yang tidak mengajarkan mereka bahwa medic harus dibunuh lebih dahulu?



Environment adalah playground untuk Elizabeth
Elizabeth sendiri memiliki AI yang cukup menarik. Seperti Yorda dari ICO, dia juga suka melihat-lihat environmentdi sekitar kita, dan menunjuk apabila dia menemukan sesuatu yang menarik. Selain itu, Elizabeth juga bisa berinteraksi dengan environment seperti duduk di bangku atau melakukan picklock pada pintu yang terkunci. Kalau DeWitt mengeksekusi lawan menggunakan melee attack secara brutal dan sadis, maka Elizabeth akan merasa ngeri dan berkomentar kepada DeWitt. Hal-hal yang sepertinya kecil tersebut bisa menghidupkan karakter Elizabeth menjadi lebih manusiawi.

Sayangnya, keterikatan pemain dengan Elizabeth terasa kurang karena dia sendiri tidak pernah dalam bahaya. Memang secara gameplay, hal ini bagus karena kita tidak usah repot harus melindungi 'beban tambahan' tersebut, namun dari segi cerita, kita jadi kurang peduli dan menganggap Elizabeth sebagai supply crate berjalan saja, terutama ketika kita sedang perang.




Skyline yang bisa kita gunakan untuk bergelantungan dan berkeliaran di Columbia

Secara grafis, BioShock Infinite benar-benar menunjukkan environment yang menarik untuk dilihat. Kota angkasa Columbia memang menakjubkan, apalagi kalau kita melompat dan bergelantungan menggunakan Skyline, maka kita akan bisa melihat betapa asiknya berkeliaran di kota langit tersebut. Tidak salah, Irrational Games berhasil menciptakan sebuah kota yang indah. Para karakter juga tampil cukup baik, apalagi Elizabeth yang tampil sangatcute... sangat kontras dengan kebrutalan yang dilakukan oleh DeWitt seperti kepala lawan yang bisa putus.

BioShock Infinite juga memiliki pilihan lagu yang klasik dan ada juga lagu yang menggunakan instrumen, sesuai dengan setting-nya di tahun 1912 ditambah dengan suara Troy Baker yang sudah biasa mengisi suara game dan film/anime sebagai Booker DeWitt, serta Courtnee Draper, pemeran Morgan Hudson di The Jersey sebagai Elizabeth.


Siapa sebenarnya wanita misterius ini?

Salah satu faktor paling menarik dari BioShock Infinite adalah kisah yang menarik. Jika di awal kisah kita bingung dengan cerita game ini, sedikit demi sedikit kita akan bisa mengenal para karakternya dengan lebih baik seiring dengan progress permainan kita. Sedikit peringatan saja, BioShock Infinite memiliki tema rasisme dan agama yang cukup kontroversial.

Sedikit hal yang mengganggu dalam BioShock Infinite adalah keharusan pemain untuk mencari sendiri jalan ke tujuan. Memang ada guide arrow yang bisa kita panggil untuk menunjukkan ke arah mana tujuan kita, namun seringkali guide arrow tersebut tidak dengan jelas menyatakan ke arah mana kita harus berjalan, terutama tempat yang banyak skyline-nya. Hal ini membuat kita harus berputar-putar dulu menggunakan skyline sebelum akhirnya menemukan tempat yang tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar