Pages

Minggu, 28 Juni 2015

Waktu | Shattered Stories

Satu quotes yang entah kenapa masih bisa terus menempel di  pikiranku. "Yet time can be so cruel". Quotes dari sebuah video games Playstation 2 yang mungkin seharusnya sudah dilupakan bertahun-tahun lalu. Tapi, satu  hal yang tidak bisa dibantah dari quotes  ini adalah bahwa, quotes ini  100% benar.

Waktu, sesuatu paling menakutkan yang pernah aku rasakan. Kemarin rasanya aku baru saja menginjakkan kakiku disini. Di SMA ini. Kemarin, dua tahun yang lalu. Aku masuk melalui pintu depan, berjalan sambil  melihat keadaan. "Ini tempat aku bersekolah  nanti?" Jujur saja pandangan pertamaku tentang sekolah ini sudah agak tinggi. Maksudku, "waw sekolah terbaik? apa aku cocok disini?"  Pertanyaan itu terjawab. Bersama dengan berbagai  perasaan yang aku rasakan selama aku sekolah disini. Takut, sedih, senang, marah. Aku bisa bilang sekolah ini sudah mengajarkan  semua perasaan yang aku bisa  ketahui dari manusia. Sayangnya, waktu juga pergi bersama perasaan-perasaan itu. Waktu terus berjalan, banyak hal terduga maupun tak terduga terjadi. Aku bertemu berbagai macam orang, mengenal berbagai  macam sifat, mengetahui berbagai macam ambisi. Hari-hariku penuh dengan cerita. Jujur, aku tidak bisa mengingat semua hari yang aku alami.Satu hal yang aku ingat, hampir tiap minggu ada ulangan dan banyak tugas menumpuk.  Aku ingat,  hari dimana aku dimarahi oleh  guru inggris, atau hari pembagian raport, tapi yang aku inginkan adalah mengulang semuanya.

Aku tidak  ingin  memperbaiki kesalahan yang  aku buat, tidak. Hanya, aku tau,  semakin hari aku semakin  sibuk. Bukan cuma aku, semua  orang. Aku  ingat, saat kita  duduk di bangku  bazaar sampai  sore. Berbicara tentang banyak hal. Tertawa. Tapi itu semua tidak kita dapat lagi  di semester 2, kan? Ketika kita memilih ekskul, berarti  kita memilih  jalan  kesibukan kita  masing-masing. Ditambah lagi dengan organisasi  dan lain sebagainya. Aku tidak  bisa selalu  meluangkan waktuku  untuk bersantai. Malah, terkadang aku menemukan aku  sudah pulang di rumah  malam hari dengan kondisi tubuh kecapaian.Yap, mau bagaimana lagi? Pikirku,  aku sudah memilih  jalan ini. Aku juga tidak  mungkin mundur dan membuang komitmenku.

Sekolah ini mendidikku. Mendidik semua yang  ada di dalamnya arti dari  sebuah "survival". Seiring berjalannya waktu, rasa takutku hilang, berganti dengan  banyak perasaan  lain. Aku tau, mungkin terkadang rasa tidak mau harus berganti menjadi harus mau. Rasa tidak berani menjadi harus berani,  Dan berbagai perasaan lainnya. Terkadang, aku melihat diriku yang dulu.  Apa ya,  kangen? Bukan itu. Hehe

Hidup  manusia itu dinamis, sangat sangat dinamis. Aku mengerti bahwa aku tidak bisa terus bersama teman-temanku. Bahwa suatu saat  aku  akan berpisah dengan mereka. Aku tahu aku tidak bisa melawan waktu. Dan aku tahu melawan waktu hanya akan membuatku terperangkap di dalamnya dan membuang-buang apa yang aku punya sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar